KORANJURI.com - Pura Ini Konon Jadi Pusat Kekuatan Nusantara KORANJURI.com - Pura Ini Konon Jadi Pusat Kekuatan Nusantara

HOME | Mimbar | Delik | Rekam Kejadian | Pendidikan | Ekbis | Hiburan | Distrik Wisata | Seni Budaya | Akselerasi | Mail Contact | Foto




1 2 3 4









Pura Ini Konon Jadi Pusat Kekuatan Nusantara


5 April 2014 | Koranjuri.com

Pura Ini Konon Jadi Pusat Kekuatan Nusantara
KORANJURI.COM - Meski sudah tersirat sejak puluhan tahun silam, Pura Batu Api di wilayah Serangan baru terkuak tiga tahun lalu. Bendesa Adat Desa Pakraman Serangan, I Made Mudana Wiguna mengatakan, nama Batu Api tidak asing bagi penduduk di wilayahnya selama turun temurun antar generasi sampai sekarang. Tapi tak satupun yang mampu menterjemahkan tanda yang muncul dengan istilah Sebun Bangkung.

Sebun Bangkung dikatakan Made Mudana, adalah istilah untuk menyebut kandang babi betina yang tengah beranak. Sebelum dibangun Pura Batu Api, muncul tanda berupa tiga sinar berwarna hijau, kekuningan dan putih di satu tempat yang sama, yakni di pesisir Pulau Serangan.

Sebun itu sarang dan Bangkung, babi betina yang punya anak. Waktu itu sekitar tahun 80-an, saya masih ingat ada beberapa paranormal dari Jakarta yang datang kemari mencari Sebun Bangkung. Hampir semua sesepuh desa yang ada di Pulau Serangan dikumpulkan untuk mencarinya, tapi tempat yang dimaksud tidak ditemukan juga, terang Mudana.

Menurutnya, Sebun Bangkung atau dalam hal ini Pura Batu api yang sekarang, dipercaya sebagai salah satu pusat kekuatan spiritual yang diyakini akan memberikan dampak hebat di Nusantara. Apa yang terjadi di wilayah Pulau Serangan akan memicu terjadinya peristiwa besar di Nusantara. Tidak itu saja, Sabun Bangkung juga diyakini sebagai pusat magnet yang dapat menopang bumi Nusantara dari adanya goro-goro atau gonjang-gonjing.

Kalaupun harus terjadi, kekuatan magnet yang tak terlihat disini akan menjaga nusantara dari kehancuran. Saya pun juga meyakini itu, singkat Mudana menuturkan.

Penelitian Tanah

Bicara soal kekeramatan Pura Batu Api ini, menurut pengakuan Pengempon Pura Beji di Serangan, I Wayan Lutur, pernah teruji pada tahun 70-an. Saat terjadi Tsunami Sumbawa di tahun 1977 pulau kecil itu tidak sampai terhempas ombak. Justru, wilayah Sanur yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Pulau Serangan termakan gelombang tinggi Tsunami Sumbawa.

Lutur mengisahkan, ketika itu dirinya melihat air laut secara tiba-tiba surut hingga tampak daratannya. Tak berselang lama, gelombang besar mulai menggulung dari arah tengah laut sampai menyapu daratan.  Namun anehnya, gelombang air laut yang menurutnya melebihi kapal tersebut tidak sampai menyapu daratan Pulau Serangan. Sebelum menyentuh pesisir pantai, ombak air laut seperti terpecah dan mengarah ke lain tempat.

Tiba-tiba saja ombak terpecah di tengah laut. Arahnya juga berubah ke Sanur. Maka tak heran hotel Bali Beach sempat terendam. Bahkan yang saya ketahui meja kursi dan barang pecah belah di restoran hotel itu hancur berantakan, terang Wayan Lutur yang menyaksikan peristiwa mencekam itu dengan mata kepala sendiri.

Ia lantas menghubungkan dengan kekeramatan Batu Api dan wilayah Pulau Serangan. Mengingat, pulau kecil yang sempat terpisah dengan wilayah Kota Denpasar itu, terkait erat dengan keberadaan Empu Kuturan yang sempat singgah ke Pulau Serangan dan mensucikan kawasan tersebut.

Karena itulah, disitu juga terdapat pura besar yang bernama Pura Sakenan sebagai salah satu pura tertua yang ada di Bali yang ada hubungan kekuatan dengan Pura Dalem Ped di Nusa Penida.

Jadi tak mengherankan kalau akhirnya disini bisa dikatakan sebagai salah satu tempat yang jadi barometer niskala di nusantara. Berbagai peristiwa besar yang ada dalam sejarah sebelumnya akan terlihat di kawasan ini, terang Lutur.

Hingga pada tahun 1982, Pulau Serangan juga didatangi oleh BJ Habibie yang saat itu masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Kedatangan Habibie menurut Wayan Lutur, untuk meneliti tanah padas di Batu Api atau secara gaib disebut dengan Sabun Bangkung tadi.

Menurut Lutur, Habibie mengambil sampel tanah untuk diteliti karena mengandung unsur mineral minyak.
Saya waktu itu yang mendampingi Pak Habibie. Dia mengatakan kandungan dibawah Batu Api mengandung mineral minyak, jelas Lutur.

Sys_WD